Selasa, 14 Januari 2014



REFLEKSI FILSAFAT ILMU (PERTEMUAN KE 16)
(Kamis, 19 Desember 2013)
Nur Choiro Siregar - 13709251010
P.Mat- Kelas A PPS-UNY

MEMBANGUN DUNIA, HIDUP, PENEGETAHUAN DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
Membangun Dunia
Dunia Filsafat merupakan sesuatu yang ada dan mungkin ada (pengertian dunia filsafat dalam pembelajaran filsafat ilmu). Oleh karena itu apa yang kita pikirkan dan tidak dapat dipikirkan itulah dunia. Apa yang disekitar kita dan diluar lingkungan kita itulah dunia. Dunia dapat berupa komponen sintesis dari anti-tesis dan tesis yang terkandung didalamnya. Jikalau ingin membangun dunia, maka bangunkanlah pikiran kita untuk memikirkan dunia itu. Dunia memiliki karakteristik dari komponen-komponennya masing-masing, sebagai contoh dunia pendidikan, dunia mahasiswa, dunia sekolah, dunia kerja dan banyak lagi dunia yang dapat kita pikirkan. Dalam membangun dunia tersebut, pikiran kita harus dapat memasuki komponen yang ada pada dunia tersebut. Sehingga untuk membangun dunia dapat dilakukan dengan hukum "Aku" yaitu pikiran dan "Bukan Aku" yaitu diluar Pikiran.
Ketika kita ingin membangun dunia dengan ilmu, maka kita akan berjumpa dengan logos dan mitos. Jarak antara logos dan mitos sangatlah dekat. Kita harus berhati-hati dengan jebakan mitos, karena ketika kita merasa sudah paham saat itulah sebenar-benar kita berjumpa dengan mitos. Maka sebenar-benar dunia yang kita bangun tidak akan terlepas dari logos dan mitos. Ketika kita membangun dunia dengan fatal atau vital. membangun bahwa dunia adalah bahasa, kita mengenal bahwa separo dunia yang kita pelajari adalah subjek dan predikat. Jika kita ingin membangun dunia dengan filsafat, maka sebenar-benar filsafat yang kita pelajari hanya mencakup separo dari dunia, dan separo dari dunia yang lain adalah penerapannya.
Jadi untuk membangun dunia kita masing-masing secara lengkap, maka kita harus mengharmonikan segala yang ada dan yang mungkin ada.
 Membangun Hidup dan Pengetahuan
            Pengetahuan dan hidup merupakan dua rangakaian yang tidak dapat dipisahkan sebab pengetahuan itu faktor terpenting dalam terciptanya hidup seseorang. Jika kita kaitkan dengan spritual yang pertama di alami rasul ketika menerima wahyu pertama adalah tentang “IQRA’” yang diperintahkan kepada kita untuk membaca, sebab dengan membaca itu merupakan sumber dari ilmu pengetahuan, struktur ilmu pengetahuan merupakan asas utama dalam memahami segala sesuatu. Untuk bisa membangun pengetahuan tersebut maka kita harus banyak membaca. Baik membaca yang ada dan yang mungkin ada. Terkadang kita merasa galau dengan hidup, sebenarnya apa yang menyebabkan kegelisahan tersebut?, hal ini disebabkan ketika umur kita bertambah namun ilmu kita tidak bertambah. Semua hal-hal keburukan yang menimpa hidup kita itu dikarenakan kita tidak punya ilmu untuk menyelesaikan permasalahan kita hadapi. Proses membangun hidup melalui penyebaran ilmu pengetahuan dapat kita lihat dari proses pembentukan elemen-elemen pokok yang merupakan bagian dari struktur pandangan hidup itu serta fungsi didalamnya. Pandangan hidup dibentuk oleh jaringan berfikir (mental network) yang berupa keseluruhan yang saling berhubugan (architectonic whole). Namun, ia tidak merepresentasikan suatu totalitas konsep dalam pikiran kita. Ketika akal seseorang menerima pengetahuan terjadi proses seleksi yang alami, dimana pengetahuan tertentu diterima dan pengetahuan yang lain ditolak. Pengetahuan yang diterima oleh akal kita akan menjadi bagian dari struktur worldview yang dimilikinya.
            Meskipun pengetahuan yang diterima oleh akal manusia itu bersifat acak, namun ia akan terstruktur dengan sendirinya dalam pikiran manusia. Dari konsep-konsep yang ada dalam diri manusia maka kita dapat menyusun kedalam beberapa struktur konsep. Professor Alparslan mengkategorikan struktur pandangan hidup menjadi lima:1) Struktur tentang kehidupan, 2) Struktur tentang dunia, 3) Struktur tentang manusia, 4) Struktur tentang nilai dan, 5) strutktur tentang pengetahuan.
            Proses terbentuknya struktur konsep dalam worldview ini bermula dari struktur tentang kehidupan, yang didalamnya termasuk cara-cara manusia menjalani kegiatan kehidupan sehari-hari, sikap-sikap individual dan sosialnya, dan sebagainya. Struktur tentang dunia adalah konsepsi tentang dunia dimana manusia hidup. Struktur tentang ilmu pengetahuan adalah merupakan pengembangan dari struktur dunia (dalam transparent worldview).
             Meskipun proses akumulasi kelima struktur diatas dalam pikiran seseorang tidak selalu berurutan seperti yang disebut diatas, tapi yang penting kelima struktur itu pada akhirnya menjadi suatu kesatuan konsepsi dan berfungsi tidak saja sebagai kerangka umum (general scheme) dalam memahami segala sesuatu termasuk diri kita sendiri, tapi juga mendominasi cara berfikir kita. Disini dalam konteks lahirnya ilmu pengetahuan di masyarakat, struktur ilmu pengetahuan merupakan asas utama dalam memahami segala sesuatu. Ini berarti bahwa teori atau konsep apapun yang dihasilkan oleh seseorang dengan pandangan hidup tertentu akan merupakan refleksi dari struktur-struktur diatas.
Adapun cara membangun hidup yang baik adalah: 1) Mengenal, suatu kodrat manusia yang merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya, 2) Mengerti, maksudnya mengerti terhadap hidup itu sendiri, 3) Menghayati, dengan menghayati hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran hidup itu sendiri, 4) Meyakini,  merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya, 5) Mengabdi, merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain, dan 6) Mengamankan, mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu hidup lalu ada orang lain yang menggangu dan atau menyalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawan.
Dari paparan di atas dapat di pahami bahwa hidup tanpa pengetahuan yang benar akan diumpamakan seperti seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.” Kedua manusia ini adalah sama-sama hidup di dunia akan tetapi jalan hidup keduanya berbeda akibat dari cara membangun penegetahuan yang salah dan benar.
Membangun Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika menganggap segala sesuatu itu terikat oleh runag dan waktu. Segala sesuatu yang ada dan yang mugkin ada berada dalam ruang dan waktunya sendiri-sendiri, sebenar-benar yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini tidak ada yang sama, karena segala yang ada dan yang mungkin ada relatif terhadap ruang dan waktu. Identitas dari pendidikan matematika adalah matematika itu kontrdiktif, matematika itu relatif, matematika itu plural, matematika itu korespondensi.salah satu cara membabgun pendidikan matematika yang keliru terjadi pada Fenomena UN, UN merupakan contoh kejanggalan dalam pendidikan matematika, karena pada UN menganggap matematika itu tunggal dan matematika itu konsisten. Dengan adanya UN merubah sistem belajar siswa dalam membagun konsep matematikanya, kareana mereka menganggap bahwa UN adalah segala-galanya sehingga mereka merasa dituntut untuk wajib lulus UN, tanpa mempedulikan apakah mereka benar-benar telah membangun konsepnya atau belum, karena dalam UN tidak menggambarkan apakah siswa telah menguasai konsepnya atau belum. Karena jenis tesnya pilihan ganda yang hanya mementingkan hasilnya tanpa mempedulikan proses mendapatkan solusinya, maka proses pembelajaran yang seharusya menekankan pada pemberian pengalaman pada siswa untuk membangun konsepya berubah menjadi seperti kurikulum pada bimbel yang hanya mementingkan rumus-rumus praktisnya, sehingga kebanyakan siswa hanya akan terjebak dalam mitos belaka. Padahal dengan sistem belajar yang menyipang dari apa yang seharusnya diberkan pada metematika sekolah seperti itu akan memperburuk pendidikan di negara kita. Maka revolusi pendidikan di negara kita benar-benar diperlukan, agar matematika yang diberikan di sekolah benar-benar menjadi logos, tidak hanya mitos belaka. Siswa benar-benar bisa memiliki pengalaman untuk membangun konsepnya.
Sebagai calon guru matematika maka kita harus mengenal filsafat pendidikan matematika. Agar nantinya kita dapat menjalankan amanah sebagai seorang guru dengan baik dan benar-benar bisa mempertanggung jawabkan dari segala hal yang kita lakukan. Cara membangun pendidikan matematika itu harusnya sadar terhadap ruang dan waktu dan bisa menempatkan segala sesuatunya pada ruang dan waktunya.
Contoh 1: sebuah bilangan apabila dibagi dengan tak hingga maka hasinya adalah nol. Kita dapat menterjemahkan ini kedalam filsafat, sebuah bilangan yang dimaksud dapat kita isi dengan bilangan berapapun, dalam hal ini dapat kita terjemahan sebuah bilangan tersebut dengan dosa-dosa kita, sedangkan tak terhingga dapat kita terjemahkan seringnya kita meminta maaf dan nol dapat kita artikan dengan keadaan suci. Maka dari gambaran tadi kita dapat mengambil hikmahnya yaitu ketika kita memohon ampun dengan bersungguh-sungguh dan selalu memohon ampun atas segala dosa-dosa kita maka insyaAllah, ALLAH SWT akan mengampuni dosa-dosa kita dan kita akan kembali suci.
Contoh 2: dalam matematika kita juga mengenal bahwa sebuah bilangan di pangkatkan nol maka hasilnya adalah satu. Dalam hal ini dapat kita terjemahkan bahwa nol adalah keikhlasan dan satu adalah keesaan Tuhan, hal ini berarti setinggi-tinggi derajat manusia adalah manusia yang ikhlas.

Rabu, 13 November 2013

MAKALAH HASIL REKAMAN TANGGAL 07 NOVEMBER 2013





Nama   : Nur Choiro Siregar
NIM    : 13709251010
Prodi   : P.Mat-A PPS UNY
 

Rekaman Mata Kuliah Filsafat Ilmu Oleh Prof .Dr. Marsigi
Di ruang : 300B Gedung lama, di sampaikan pada hari kamis jam 10.15-12.45 tanggal 07 November 2013 di kelas P.Mat-A PPs UNY

Dari uraian Prof. Dr. Marsigit pada tanggal 07 November yang lalu, hal yang paling fokus pada makalah ini tentang gambaran tentang filsafat Indonesia dengan filsafat dunia luar. Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Kategori menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”.
Pertama Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx,Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Kedua Filsafat Timur. Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
Ketiga Filsafat Timur Tengah. Filsafat Timur Tengah dilihat dari sejarahnya merupakan para filsuf yang bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi filsafat barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah adalah Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran dan Averroes.
Keempat Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi kefilsafatan yang dilakukan oleh penduduk yang mendiami wilayah yang belakangan disebut Indonesia. Filsafat Indonesia diungkap dalam berbagai bahasa yang hidup dan masih dituturkan di Indonesia (sekitar 587 bahasa) dan 'bahasa persatuan' Bahasa Indonesia, meliputi aneka mazhab pemikiran yang menerima pengaruh Timur dan Barat, disamping tema-tema filosofisnya yang asli.
Istilah Filsafat Indonesia berasal dari judul sebuah buku yang ditulis oleh M. Nasroen, seorang Guru Besar Luar-biasa bidang Filsafat di Universitas Indonesia, yang di dalamnya ia menelusuri unsur-unsur filosofis dalam kebudayaan Indonesia. Semenjak itu, istilah tersebut kian populer dan mengilhami banyak penulis sesudahnya seperti Sunoto, R. Parmono, Jakob Sumardjo, dan Ferry Hidayat. Sunoto, salah seorang Dekan Fakultas Filsafat di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, menggunakan istilah itu pula untuk menyebut suatu jurusan baru di UGM yang bernama Jurusan Filsafat Indonesia sampai saat ini. Para pengkaji Filsafat Indonesia mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' secara berbeda, dan itu menyebabkan perbedaan dalam lingkup kajian Filsafat Indonesia. M. Nasroen tidak pernah menjelaskan definisi kata itu. Ia hanya menyatakan bahwa “Filsafat Indonesia” adalah bukan Barat dan bukan Timur, sebagaimana terlihat dalam konsep-konsep dan praktek-praktek asli dari mupakatpantun-pantunPancasilahukum adatgotong-royong, dan kekeluargaan  (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38). Sunoto mendefinisikan “Filsafat Indonesia” sebagai ...kekayaan budaya bangsa kita sendiri...yang terkandung di dalam kebudayaan sendiri (Sunoto 1987:ii), sementara Parmono mendefinisikannya sebagai ...pemikiran-pemikiran...yang tersimpul di dalam adat istiadat serta kebudayaan daerah (Parmono 1985:iii). Sumardjo mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' sebagai ...pemikiran primordial... atau pola pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya...(Jakob Sumardjo 2003:116). Keempat penulis tersebut memahami filsafat sebagai bagian dari kebudayaan dan tidak membedakannya dengan kajian-kajian budaya dan antropologi. Secara kebetulan, Bahasa Indonesia sejak awal memang tidak memiliki kata 'filsafat' sebagai entitas yang terpisah dari teologi, seni, dan sains. Sebaliknya, orang Indonesia memiliki kata generik, yakni, budaya atau kebudayaan, yang meliputi seluruh manifestasi kehidupan dari suatu masyarakat. Filsafat, sains, teologi, agama, seni, dan teknologi semuanya merupakan wujud kehidupan suatu masyarakat, yang tercakup dalam makna kata budaya tadi. Biasanya orang Indonesia memanggil filsuf-filsuf mereka dengan sebutan budayawan (Alisjahbana 1977:6-7). Karena itu, menurut para penulis tersebut, lingkup Filsafat Indonesia terbatas pada pandangan-pandangan asli dari kekayaan budaya Indonesia saja. Hal ini dipahami oleh pengkaji lain, Ferry Hidayat, seorang lektur pada Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta, sebagai “kemiskinan filsafat”. Jika Filsafat Indonesia hanya meliputi filsafat-filsafat etnik asli, maka tradisi kefilsafatan itu sangatlah miskin. Ia memperluas cakupan Filsafat Indonesia sehingga meliputi filsafat yang telah diadaptasi dan yang telah “dipribumikan”, yang menerima pengaruh dari tradisi filosofis asing. Artikel ini menggunakan definisi penulis yang terakhir.
Filsafat Indonesia adalah filsafat yang diproduksi oleh semua orang yang menetap di wilayah yang dinamakan belakangan sebagai Indonesia, yang menggunakan bahasa-bahasa di Indonesia sebagai mediumnya, dan yang isinya kurang-lebih memiliki segi distingtif bila dibandingkan dengan filsafat sejagat lainnya. Sebagai suatu tradisi pemikiran abstrak, menurut studi Mochtar Lubis, Filsafat Indonesia sudah dimulai oleh genius lokal Nusantara di era neolitikum, sekitar tahun 3500–2500 SM (Mochtar Lubis, Indonesia: Land under The Rainbow, 1990, h.7). Tapi, sebagai nama kajian akademis (di antara kajian-kajian akademis yang lain, seperti kajian “Filsafat Timur” atau “Filsafat Barat”), Filsafat Indonesia merupakan kajian akademis baru yang berkembang pada dasawarsa 1960-an, lewat tulisan rintisan M.Nasroen, Guru Besar Luar Biasa pada Jurusan Filsafat di Universitas Indonesia, yang berjudul Falsafah Indonesia (1967).

Selasa, 22 Oktober 2013



Tugas filsafat
10 Soal beserta jawabannya
 (Perntanyaan dari saudari Yuliana dan di jawab oleh Nur Choiro Siregar)
P.MAT - A PPS UNY

11.    Apa bedanya filsafat ilmu dengan filsafat?
Jawab: Secara umum filsafat ilmu memberikan landasan umum filosofis dari setiap ilmu, dapat dipersingkat melalui tiga pertanyaan penting; apa yang ingin kita ketahui? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan? Dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita?, sedangkan filsafat itu adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
22. Siapakah yang berhak belajar fisafat?
Jawab: Semua berhak belajar filsafat sebab obyek studi filsafat berada pada pengalaman kehidupan yang dialami oleh si pemikir. Tetapi perlu dicatat bahwa bukanlah filsafat itu sama dengan berfikir. Berfilsafat memanglah mengaktifkan aktifitas berfikir, tetapi belum tentu setiap aktifitas berfikir disebut sebagai aktifitas filsafat.
33. Bagaimana seseorang dapat disebut Kapitalis?
Jawab: Seorang di katakan kapitalis jika ia telah membuta dengan sifat kemanusiaan manusia sebagai makhluk sesamanya di dunia ini. Mereka dengan buas dan bringas berupaya memacu setinggi-tingginya akumulasi kapitalnya, dengan mengedepankan sifat kebinatangannya. Yang menurut hegel dalam The Phenommenology of the Spirit menggambarkannya sebagai perwujudan dari ”kerajaan spiritual para binatang”. Artinya mereka seolah membuang rasa malu, kasihan, kolektivitas kebersamaan, saling menghargai, toleransi serta saling menolong sebagai makhluk sesama di dunia ini, ketika dikaitkan dengan relasi produksi.
44. Mengapa ketika kita membaca elegi harus secara ikhlas?
Jawab: Sebab membaca elegi itu adalah ibadah, ibadah akan bernilai jika diiringi oleh iklas. Keikhlasan akan menghasilkan kemajuan, persaudaraan, loyalitas, kedamaian, dan produktivitas tinggi.
55. Menurut saudari mengapa filsafat sulit dipelajari?
Jawab: Karena cakupannya yang sangat luas dan kesan terhadap studi filsafat seringkali cenderung terlalu berat dan dianggap sebagai ilmu yang istimewa, sehingga hanya orang-orang tertentu yang mau dan mampu mempelajarinya.
66. Menurut anda apakah spiritual bersifat universal?
Jawab: Suara hati merupakan kunci spiritualitas karena ia merupakan pancaran sifat-sifat Illahi. Sifat-sifat Illahi dihembuskan Tuhan kepada jiwa manusia, sehingga manusia mempunyai keinginan-keinginan dalam hidupnya. Menurut ary Ginanjar Agustian, suara hati manusia pada dasarnya bersifat universal (sehingga agama juga bersifat universal), dengan catatan manusia tersebut telah mencapai titik Zero Mind dan terbatas dari paradigma dan belenggu.
77. Menurut saudari apa perbedaan antara spiritul dengan agama?
Jawab: Spiritual mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang berkenaan dengan rohani atau batin. Rohani merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berada didalam hati. Hati selalu berkata jujur, tidak pernah bohong. Sedangkan agama berasal dari kata sansakerta yang artinya tidak kacau. Ini mengandung pengertian bahwa agama adalah: suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata religion dalam bahasa Inggris, dan religidari akar kata belanda. Sedang dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-Milah. Al-din berarti agama sifatnya umum, artinya tidak ditunjukkan kepada salah satu agama. Ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada didunia ini.
88. Apa pendapat anda mengenai pluralisme?
Jawab: Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerima adanya “kemajemukan” atau “keanekaragaman” dalam suatu kelompok masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras, adat-istiadat, dll. Segi-segi inilah yang biasanya menjadi dasar pembentukan aneka macam kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang mencirikhaskan dan membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dalam suatu kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas. Misalnya masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari pelbagai kelompok umat beragama, suku, dan ras, yang memiliki aneka macam budaya atau adat-istiadat.
99. Apa pendapat anda mengenai pemberlakuan kurikulum 2013?
Jawab: Dilihat dari sudut pandang tujuan/harapan sangat setuju pemberlakuan kurikulum ini. Sebab harapan diberlakukannya kurikulum 2013 ialah mencetak peserta didik yang cerdas, berkarakter, dan siap berkompetisi. Namun jika dilihat kenyataannya di lapangan kurikulum ini masih banyak ditemui kejanggalan. Baik dari kesiapan guru dan murid serta buku yang di terapkan.
110. Apa yang dimaksud dengan menilai secara normatif?
Jawab: menilai secara normatif yaitu menilai dari sumua aspek khususnya yang berkaitan dengan ranah afektif. Pemberlakuan penilaian normatif memiliki peran yang urgen. Sebab orang cerdas tanpa norma akan membawa kebinasaan, sebaliknya orang yang bernorma akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan formalnya. Namun akan menjadi sempurna lagi jika seseorang mengimbangi keduanya.